Blogger Widgets Artikel indonesia: Februari 2015

Tuwiter

Artikel Indonesia Kelas X, XI XII

SILAKAN SEDOT WC DI KAMI 1X24JAM DI NO HP sedot wc bandung 085100941494 / 08970013700

MAKALAH INDONESIA

Kamis, 19 Februari 2015

: Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah

Ibnu Saba`, seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam, dengan tujuan untuk merusak Islam dari dalam, sebagaimana agama Nasrani juga pernah disusupi oleh seorang Yahudi yang pura-pura masuk Nasrani. Laki-laki terlaknat ini bergerak dalam kegelapan, menghimpun orang-orang munafik dan orang-orang dungu yang berbaur di tengah kaum Muslimin. Mereka inilah yang menyulut fitnah dan pemberontakan kepada khalifah Utsman bin Affan RA, bahkan berhasil membunuh beliau secara zhalim dan keji. Dan yang lancang membunuh beliau adalah si Yahudi itu, yang dikenal dengan kematian hitam. Dalam kekisruhan yang terjadi antara para sahabat besar: Ali bin Abi Thalib, Aisyah, az-Zubair bin al-Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah RA, si Yahudi dan kelompoknya itu pulalah yang mengobarkan peperangan di antara mereka. Begitu pula dalam benturan antara khalifah Ali dan Mu'awiyah RA, yang menewaskan banyak kaum Muslimin, orang durjana itu dan para pengikutnya, sekali lagi berada di balik peristiwa itu. Kelompok sempalan pertama dalam Islam adalah khawarij, dan salah satunya adalah golongan Syi'ah Rafidhah; keduanya tidak lepas dari andil si Yahudi tersebut. Ini adalah sebagian kecil dari fitnah yang terjadi di tengah generasi Islam terbaik itu, ditambah lagi dengan kesimpang-siuran yang disebabkan oleh penulisan sejarah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Buku ini meluruskan catatan sejarah tentang pertikaian dan fitnah yang telah terjadi, sejak Rasulullah SAW wafat hingga Masa Bani Umayyah. Selamat membaca!!

Abdul Qahhar Mudzakkar Sang Patriot Pejuang

n Bekas KNIL

Penulisan sejarah mengenai pergolakan Abdul Qahhar Mudzakkar telah mengantarkan beberapa anak manusia untuk menjadikan dirinya sebagai pakar atau ahli, diantaranya pakar ilmu sejarah, pakar ilmu politik, antropologi, psychology, ahli strategi perang/kemiliteran atau lainnya. Tetapi juga tidak jarang orang menulis sejarahnya dengan cara memutar balik dan memanipulasi, sekedar untuk memenuhi selera atau pesan sponsor dari penulisnya. Mereka menulis sejarah Abdul Qahhar Mudzakkar hanya dengan tujuan untuk membingunkan orang-orang Indonesia yang mempunyai pemikiran yang sama dengannya, khususnya membingungkan umat Islam. Tujuan penulisan mereka adalah untuk mengelabui orang-orang yang pada masa itu tidak mengerti peristiwa sebenarnya, akan tetapi berusaha mengikuti jejak langkah perjuangan Abdul Qahhar Mudzakkar dkk.
Kisah Abdul Qahhar merupakan bahan thesis, disertasi maupun rujukan untuk membuat suatu tulisan. Akan tetapi terhadap peristiwa pergolakan dan pemikirannya, tidak seorangpun diantara cendikiawan sekuler, yang berkeinginan menggali sejarah perjuangannya secara utuh dan jujur. Tidak satupun diantara mereka yang berusaha mencoba melihat dari sisi lain, bahwa Abdul Qahhar Mudzakkar adalah korban kelicikan, ketidak adilan serta korban dari akal busuk dan pengkhianatan kaki tangan kolonial Belanda.
Barangkali wajar jika sampai terjadi, penulisan sejarah mengenai perjuangan Abdul Qahhar dalam revolusi kemerdekaan Indonesia dimanipulasikan. Karena pada masa sejarah kehidupan Abdul Qahhar, ada juga seorang jenderal yang sangat berkuasa sempat mengeluh mengenai penulisan sejarah perjuangan yang tidak benar: “ Kolonel Supolo, kepala Humas MPRS menguraikan debatnya dengan kolonel Drs. Nugroho pada waktu melengkapi museum ABRI, dimana peran saya tidak ikut digambarkan. Bahkan dalam hal peran di MPRS selaku ketuanya tidak dihadirkan, walaupun ke-empat wakil ketuanya ditampilkan. Katanya kepala pusat sejarah ABRI ini, berterus terang bahwa ia terpaksa berbuat demikian “atas perintah”. (lihat di Nasution, Memenuhi panggilan tugas, jilid 8 )
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dalam menyusun kabinet pemerintahan R.I pertama, negara belum memiliki kelengkapan tentara. Pembentukan kesatuan pertahanan bersenjata bermula dari BKR (Badan Keamanan Rakyat) kemudian berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), kemudian menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia), setelah itu menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia/Serikat (APRI/S) dan pada akhirnya berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dalam situasi kesatuan angkatan perang republik secara resmi belum berdiri, situasi ini merupakan suatu kesempatan yang baik bagi bekas serdadu-serdadu( Het Koninklijk Nederland Indische Leger) yaitu organisasi kesatuan serdadu kerajaan Belanda untuk memanfaatkan. Apalagi dengan KMB yang diakhiri oleh istilah penyerahan kedaulatan, para bekas KNIL dapat secara aman meng”infiltrasi secara resmi” kedalam tubuh kesatuan tentara republik Indonesia. Barangkali menurut anggapan para bekas KNIL, TNI lebih cenderung merupakan singkatan dari Tentara Nederland Indonesia, oleh karena itu wadah tentara nasional harus lebi mengutamakan kepentingan bekas serdadu-serdadu kolonial Belanda Het KNIL.
Situasi Indonesia yang baru saja merdeka, yang juga diidukung oleh hasil dari keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB), pada akirnya berasil mengumpulkan pejuang dan pengkhianat bangsa untuk bersama-sama berada dalam satu wadah. Kebersamaan mereka itu tidak hanya saja didalam pemerintahan sipil saja, akan tetapi juga terutama terjadi dalam instansi yang sangat penting yaitu pada angkatan bersenjata.
Pusat kesatuan tentara Indonesia pada waktu itu membawahi lima devisi, diantaranya teritorial Jawa Barat – divisi Siliwangi komandannya A.H Nasution, teritorial Jawa Tengah – divisi Diponegoro komandannya Gatot Subroto, teritorial Jawa Timur – divisi Brawijaya komandannya Sungkono dan dua teritorial lainnya di Sumatera  komandannya adalah Simbolon dan Kawilarang. Dengan membaca nama-nama komandan divisi tersebut, secara jelas dapat diketahui bahwa wadah tentara nasional pada waktu itu telah di dominasi oleh perwira-perwira berlatar belakang pendidikan akademi militer (yang didirikan oleh penjajah Belanda).  Sedangkan kekuatan pertahanan untuk wilayah Indonesia bagian timur; dikoordinir oleh Kesatuan Gerilyawan Seberang (KGS) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Abdul Qahhar Mudzakkar. Wilayah kekuatan pertahanan dan penyerangan KGS meliputi Kalimantan, Bali, Kepulauan Nusatenggara, Sulawesi dan Kepulauan Maluku.
Setelah Jenderal Sudirman, Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia pergi selama-lamanya, bekas serdadu-serdadu penjajah Belanda yang pada awalnya telah menggeser dan melumpuhkan komandan-komandan Laskar di Jawa Barat ( pada umumnya berlatar belakang Kiai/Ulama), selanjutnya berhasil merebut posisi  yang sangat menentukan di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD). Bekas KNIL di MBAD itu, kemudian merasa bebas menggeser para patriot pejuang kemerdekaan. Dan tampil sebagai orang yang paling berjasa dalam dunia kemiliteran di Indonesia.
Let.Kol. Abdul Qahhar, seorang yang pada masa revolusi kemerdekaan bertugas langsung dibawah komando Panglima Besar Jenderal Sudirman, serta tidak melalui pendidikan militer penjajah Belanda. Pada akhirnya, setelah Indonesia mendapat kedaulatan hadiah Belanda (KMB), ia kemudian menjadi korban dari penghianat-penghianat bangsa yang berkumpul dalam wadah tentara nasional. Awalnya ia ditekan karena MBAD telah dikuasai dan didominasi bekas KNIL, “sebagai seorang perwira dari Angkatan Perang tidak dipercayai oleh pimpinan Angkatan Perang sehingga menjadi perwira “nganggur” dan perwira tidak mempunyai “tanggung jawab” (- salinan surat Abdul Qahhar Mudzakkar)

Konferensi Meja Bundar (KMB)

Sesuai dengan keputusan KMB pada tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan Belanda menyerahkan kedaulatan kepada bangsa Indonesia. Sebagai akibatnya negara Indonesia yang pada awalnya sesuai dengan UUD 1945 sebagai negara kesatuan, telah berakhir dan berubah menjadi Negara Federal yang bernama Republik Indonesia Serikat (R.I.S)  yang merupakan federasi negara-negara BFO dan RI-Yogyakarta.
Sikap Abdul Qahhar Mudzakkar terhadap hasil KMB beliau tulis dalam buku kecil “Konsep Negara demokrasi Indonesia – Koreksi Pemikiran Politik Pemerintahan Soekarno” halaman 16 : ” ….. tindakan khianat golongan Soekarno menjalankan politik kompromi, mengadakan perundingan dengan pihak Belanda pada masa meluas dan memuncaknya semangat perlawanan rakyat diseluruh kepulauan Indonesia, yang dipatahkan sekaligus dengan perjanjian Linggarjati tahun 1947, Perjanjian Renville tahun 1948, yang pada akhirnya dihancur leburkan dengan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, yang menghasilkan pemberian kedaulatan hadiah Belanda dengan syarat “tanpa Irian Barat”, yang mempunyai rentetan akibat-akibat buruk seperti yang kita lihat sekarang, maka S.M. Kartosoewirjo seorang politicie berkwalitet tinggi, dan seorang Pemimpin Ulung Islam Revolusioner di Jawa Barat, bangkit mempelopori golongan Pejuang Islam revolusioner Indonesia menentang dan memberi perlawanan tegas kepada pemerintahan R.I Soekarno, serta mengumumkan proklamasi berdirinya Negara  Islam Indonesia pada tarich 12 Syawal 1368 H/ 7 Agustus 1949. Proklamasi S.M Kartosoewirjo itu diikuti dan didukung oleh golongan Pejuang Islam Revolusioner di Sulawesi, di Aceh dan di kepulauan Indonesia lainnya, dari barat sampai timur Indonesia”.
Akibat adanya KMB dengan segala keputusannya, tidak hanya mempengaruhi pemerintahan sipil saja, tetapi juga berpengaruh pada permasalahan-permasalahan yang terjadi didalam masalah pertahanan (tentara) negara. Terpaksa harus diadakan peleburan, wadah pejuang-pejuang Republik Indonesia bergabung menjadi satu dengan aparat warisan Belanda KNIL secara mudah tanpa persyaratan dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Sementara (APRIS) atau APRI yang kemudian pada akhirnya APRI/S berubah menjadi TNI.
Abdul Qahhar Mudzakkar termasuk kelompok yang tidak setuju dengan KMB bersama-sama Jenderal Soedirman. Ia tidak menyetujui berlanjutny dominasi ekonomi penjajah; karena itu ketika diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB), ia memerintahkan kepada anggota pasukannya untuk bergerak sebagai protes ketidak setujuan mereka. Peristiwa tersebut yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Masamba Affair, yaitu suatu peristiwa yang telah membuktikan kepada dunia bawah wilayah Indonesia bagian Timur tidak sebagaimana menurut keterangan Belanda.

Sejarah Bangsa

MENJELANG Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Cipasung, Singaparna, Kab. Tasiklamaya, tahun 1994 lampau, KH. Abdurrahman Wahid berdiskusi di kantor Redaksi Pikiran Rakyat Jln. Soekarno-Hatta 147 Bandung. Tokoh yang akrab dipanggil Gus Dur itu bicara tentang berbagai persoalan nasional dengan gayanya yang khas dan disambut ger-geran oleh hadirin. Tiba-tiba saja pembicaraan berbelok ke masalah Darul Islam (DI).

Dunia saat ini, kata Gus Dur yang saat itu Ketua Umum PB NU, tengah mengalami perubahan besar. Tidak terkecuali di Indonesia. Apa yang sebelumnya secara politik diharamkan, pada perkembangan berikutnya bisa dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.
Dia mengambil contoh tentang sikap lunak pemerintah terhadap sejumlah tokoh yang pada masa lalu dianggap berbahaya bagi negara, atau setidak-tidaknya dicurigai akan mengancam stabilitas nasional. Termasuk di dalamnya orang-orang yang terkait dengan Darul Islam.
“Belum lama ini, Pangab Feisal Tanjung mengunjungi Ajengan Khoer Affandi di Manonjaya Tasikmalaya. Semua tahu, Ajengan Khoer itu kan pernah menjabat semacam bupati DI wilayah Ciamis dan sekitarnya. Kalau Feisal Tanjung saja sowan ke Ajengan Khoer, bukan tidak mungkin Pak Harto berziarah ke makam tokoh DI Kartosuwiryo,” tuturnya.
Kalimat terakhir itu disambut riuh gelak yang hadir. Memang pada tahun tersebut, Feisal Tanjung bersilaturahmi ke Pesantren Miftahul Huda Manonjaya yang dipimpin KH. Khoer Affandi. Ulama yang satu ini memang cukup berpengaruh di Tasikmalaya. Santrinya banyak, dan sebgian lagi malah sudah mendirikan pesantren sendiri. Dia akrab dipanggil Uwak Khoer.
Saya yakin, bukan lantaran ucapannya itu kalau kemudian Gus Dur diharamkan bersalaman dengan Presiden Soeharto, saat orang kuat Orde Baru tersebut membuka Muktamar NU di Cipasung. Bahkan Gus Dur tidak diperkenankan masuk ke ruang VIP, tempat Pak Harto beristirahat. Padahal hajatan itu adalah hajatan orang NU, dan Gus Dur adalah pimpinann puncaknya.
Ketidaksukaan Pak Harto kepada Gus Dur, lebih disebabkan sikap kiai tersebut yang dianggap seringkali berani berbeda pendapat dengan pemerintah. Kita semua tahu, pada zaman keemasan Orde Baru, perbedaan pendapat bisa dianggap sebagai sebuah kejahatan.
Tapi “ramalan” Gus Dur tidak terbukti. Ternyata sampai akhir hayatnya, Pak Harto tidak pernah berziarah ke makam Pak Karto yang konon terletak di Pulau Onrust gugusan Kepulauan Seribu.
Belakangan, nama DI atau NII kembali disebut-sebut. Di beberapa daerah, termasuk Jawa Barat sejumlah orang ditangkapi. Kasus terakhir adalah penangkapan yang dilakukan Densus 88 terhadap 20 orang aktivis NII di Bandung. Mereka diciduk di sebuah tempat di Kota Bandung, yang diduga menjadi basis pergerakan kelompok bersangkutan selama ini.
Wacana perlunya berdiri sebuah negara Islam Indonesia memang tidak pernah padam sama sekali. Dengan basis pemikiran DI-nya Pak Karto, wacana ini merambah ke kalangan kaum terpelajar. Meskipun kemudian di tengah perjalanannya banyak terjadi improvisasi. Sebagian dari mereka menyebut gerakannya sebagai Dal (D) Alif (I) atau Neo Dal Alif. Sedangkan Negara Islam Indosesia sering disebut N-11.
Namun menyebut nama DI atau NII, tidak selamanya berkonotasi perjuangan lurus demi keyakinan yang diperjuangkan para aktivisnya. Beberapa referensi menunjukkan adanya pemanfaatan nama besar DI bagi kepentingan-kepentingan sekelompok orang.
Salah satu hal menarik adalah apa yang dikemukakan mantan Pangkopkamtib Letjen (Purn) Sumitro. Dalam buku biografinya Sumitro secara terang-terangan menulis tentang hubungan Ali Murtopo dan orang-orang DI. Lewat Opsus (Operasi Khusus) dan lembaga Aspri (Asisten Pribadi) Presiden, Ali Murtopo dengan giat menggarap kader DI dari Jabar dan Jateng.
Mereka di Jakarta menempati markas tersendiri yang sudah disediakan Ali Murtopo. Secara implisit, Sumitro menulis kemungkinan pertautan antara aktivitas tersebut dengan meletusnya peristiwa 15 Januari 1974 yang menghebohkan itu. Demo mahasiswa yang berakhir dengan “bakar-bakaran” tersebut dikenal dengan peristiwa Malari.
Dia menyebut sejumlah pentolan DI yang punya hubungan khusus dengan Ali Murtopo. Termasuk di antaranya Haji Ismail Pranoto alias Hispran (Jateng). Menurut Umar Abduh –yang rajin menyoroti DI KW-9 Al-Zaytun Indramayu- dalam sebuah wawancara di Trans TV, kepada Hispran-lah Abu Bakar Ba’asyir dan Abdullah Sungkar (alm) berbai’at. Dua nama itu disebut-sebut aparat sebagai tokoh sentral Jamaah Islamiyah (JI).
Tapi saya pun percaya, masih banyak ikhwan yang dalam dirinya mengalir semangat mendirikan daulah Islamiyah secara murni, tanpa ditunggangi kepentingan politik pemerintah. Kawan-kawan seperti itu tidak menjadikan harakah tersebut sekadar mainan gaya Orde Baru, hanya untuk menjebak dan mendata orang-orang yang berseberangan dengan negara. Saya cukup banyak mengenal ikhwan yang berhati tulus seperti itu. Mereka saleh, tawadlu, namun tetap istiqomah dalam pendirian.
Rasa-rasanya tidak adil juga, kalau dalam memori kolektif bangsa ini yang terekam soal DI hanya sangkaan pembunuhan, penjarahan, atau pemerkosaan. Pencitraan tersebut pada satu sisi adalah sebuah keberhasilan kerja rezim pada masanya, yang mencekoki rakyat melalui buku-buku pelajaran sejarah menurut versinya sendiri.
Latar belakang munculnya gerakan yang dipimpin Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo itu jarang sekali dikaji secara fair dan ilmiah. Kecuali sejumlah buku yang ditulis orang asing. Susah untuk mempercayai adanya organisasi DI yang kuat dan solid setelah Pak Karto tidak ada. Kini yang ada tinggal sejumlah faksi yang mengklaim diri sbagai pewaris sah DI. Namun sebagai sebuah semangat, DI sangat dimungkinkan tetap berada dalam diri para kader dan simpatisannya.**

Cerita Islam

Ahmad Hariadi (Mantan Mubaligh Ahmadiyah) : Tugas saya menyadarkan jemaat Ahmadiyah.
Tak banyak orang mengenal sosok yang satu ini. Mubaligh senior yang sempat 10 tahun bergabung dengan Ahmadiyah ini, kemudian menyadari dan insaf bahwa Ahmadiyah keliru dan sesat. Ia pun lantas meninggalkan Ahmadiyah. Meskipun awalnya pertemuan dengan tokoh sekaliber Buya Hamka dan M Natsir tak membuatnya goyah untuk tetap memeluk Ahmadiyah.
Tekadnya sekarang adalah menghabiskan sisa hidupnya untuk melakukan penyadaran bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) agar kembali pada Islam yang kaffah. Ia tegaskan lagi janjinya saat tabligh akbar di Masjid Al Barkah, Matraman, Jakarta. Pemimpin Yayasan Kebangkitan Kaum Muslimin di Garut, Ahmad Hariadi, memaparkan kisahnya kepada wartawan Republika, Rachmat Santosa Basarah. Berikut petikannya.
Bagaimana awalnya, Anda bisa tertarik masuk Ahmadiyah?
Tahun 1971, saat itu usia saya 19 tahun, saya mendatangi cabang Ahmadiyah Surabaya, membaca buku-buku Ahmadiyah, termasuk yang dikarang oleh Mirza Ghulam Ahmad. Setelah saya pelajari, akhirnya saya tertarik dan saya simpulkan, inilah yang saya cari. Setelah itu, saya hadapkan pada guru-guru saya yang sebelumnya saya pun belajar pada mereka. Ada yang dari Muhammadiyah, NU, Persis, dan lainnya. Saya kan sebelum kenal Ahmadiyah belajar lama pada para alim ulama itu. Saya juga mubaligh, dan jauh sebelum itu sudah mengisi ceramah di salah satu radio di Jombang.
Ketertarikan saya saat itu karena melihat organisasi Ahmadiyah adalah organisasi dunia. Mereka menerjemahkan Alquran ke dalam berbagai bahasa dan organisasinya rapi. Pendirinya adalah Imam Mahdi, Isa yang dijanjikan. Jadi, menurut saya, saat itu ada daya tarik khusus yang tidak ada pada kelompok-kelompok Islam lainnya.
Kemudian dari ajarannya, Ahmadiyah membuat definisi bahwa Rasul itu dibagi dua. Yaitu, yang membawa syariat dan yang tidak membawa syariat dan pakai dalil Alquran--yang memang kalau dilihat sepintas memang benar. Menurut Ahmadiyah, rasul yang tidak membawa syariat itu bisa saja datang, yaitu Mirza Ghulam Ahmad.
Kalau seandainya para guru saya atau para ulama mengatakan definisi dalam Ahmadiyah bahwa rasul dibagi dua, itu tidak benar. Tentu, saya tidak akan masuk Ahmadiyah saat itu. Memang ada ayat di dalam Alquran. Namun, bukan berarti nabi-nabi Bani Israil tidak membawa syariat. Memang, dalam hal-hal prinsip berinduk pada Taurat. Tapi, dalam hal-hal lain yang sifatnya sesuai dengan situasi dan kondisi pada waktu nabi-nabi itu berada, mereka juga membawa syariat. Itu kunci jawabannya. Kalau saya dapatkan itu sebelum saya masuk Ahmadiyah, saya tidak akan masuk Ahmadiyah.
Bagaimana tanggapan para alim ulama (guru Anda) setelah mengetahui Anda tertarik Ahmadiyah?
Saya menemui mereka dan saya hadapkan hujjah-hujjah Ahmadiyah pada mereka. Terutama, yang menyangkut tiga masalah pokok. Pertama, Nabi Isa AS masih hidup atau sudah mati. Kedua, akankah datang rasul atau nabi lagi yang tidak membawa syariat. Ketiga, benar atau tidakkah bahwa Mirza Ghulam Ahmad ini sebagai Imam Mahdi, sebagai Nabi Isa yang dijanjikan.
Mungkin, karena mendadak dan mereka belum mempelajari secara mendalam, mereka akhirnya cukup kelabakan juga. Akhirnya, saya simpulkan bahwa hujjah-hujjah Ahmadiyah ini tidak bisa dipatahkan. Akhirnya, mereka bahkan menyimpulkan bahwa kalau memang Ahmadiyah benar, mengapa Buya Hamka dan Muhammad Natsir tidak masuk Ahmadiyah.
Setelah menghadap para ulama yang sebelumnya adalah guru-guru Anda itu, apa yang Anda lakukan?
Dua tahun kemudian, tahun 1973, saya sempatkan untuk pergi ke Jakarta mendatangi Buya Hamka di Masjid Al Azhar. Saya ditanya Buya, ada apa datang ke sini? Saya katakan, saya dari Pare, Kediri. Saya katakan, ada problem dengan Ahmadiyah. Langsung spontan, Buya Hamka memegang pundak saya dan meminta saya untuk tiga hari tinggal di rumah beliau, di samping Masjid Al Azhar itu. Selama tiga hari dengan beliau, kami dialog tentang tiga masalah pokok hujjah Ahmadiyah.
Namun, saya merasa jawaban-jawaban beliau belum memuaskan. Akhirnya, saya mendatangi Ustadz Muhammad Natsir dengan rekomendasi dari Buya Hamka. Pak Natsir kemudian memberikan hasil debat antara Al Hasan dari Persis dengan dua mubaligh Ahmadiyah, yaitu Rahmad Ali dan Abubakar Ayub. Dalam hasil debat yang sudah berbentuk buku itu, dibahas juga tiga masalah tadi. Saya masih belum puas juga.
Dua ulama besar tidak bisa membuat Anda goyah. Kemudian, apa yang Anda lakukan?
Setelah itu, saya ke Bandung karena ada saudara saya di sana. Kemudian, saya datang ke cabang Ahmadiyah di Bandung. Dan, saya utarakan mau dibaiat masuk Ahmadiyah (Ahmad Hariadi menuturkan dengan mata memerah dan berkaca-kaca--Red). Itu bulan Desember 1973. Saya mengisi formulir baiat masuk Ahmadiyah. Jadi, sebelum mengisi formulir itu ada 10 persyaratan baiat. Dan, itu sampai sekarang masih diterapkan di Ahmadiyah.
Setelah dibaiat, ada tiga hal dipesankan kepada saya. Pertama, saya tidak boleh makmum di belakang orang yang bukan Ahmadiyah. Kedua, tidak boleh kawin dengan orang yang bukan Ahmadiyah. Dan ketiga, saya harus membayar seperenambelas dari penghasilan per bulan. Itu namanya Candah Am, atau iuran umum bagi anggota Ahmadiyah.
Sepekan setelah saya dibaiat, ada pertemuan tahunan pemuda Ahmadiyah se-Indonesia di Jakarta. Saat itu, saya menang juara satu lomba pidato. Akhirnya, saya ditawari oleh para mubaligh Ahmadiyah untuk menjadi mubaligh, dan tawaran itu saya terima. Bahkan, saat itu ada rencana saya dikirim ke Robuah, Pakistan, pusatnya Ahmadiyah dunia saat itu, untuk dididik menjadi mubaligh internasional.
Saat saya akan berangkat, ternyata di Pakistan ada huru-hara besar antara kaum Muslim dengan Ahmadiyah. Saya pun tidak jadi ke sana. Akhirnya, pimpinan mubaligh Ahmadiyah pusat Indonesia mengatakan agar saya langsung diangkat menjadi mubaligh senior dan tugas pertama saya ke kota Medan. Setelah dua tahun di Medan, saya dipindah ke Jakarta. Dan, di Jakarta sekitar 3,5 tahun. Setelah itu, dipindah lagi ke Bali selama enam bulan dan terakhir ke Lombok, NTB. Saya masuk bertugas di Lombok tahun 1983.
Kabarnya, ada kewajiban bagi setiap jemaat Ahmadiyah untuk merekrut satu orang setiap harinya. Apakah itu benar?
Waktu itu, saat saya tugas di Lombok, ada instruksi dari khalifah Ahmadiyah dunia keempat. Ia menginstruksikan pada jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Masing-masing negara ditarget, misalnya dalam tahun 1984, bisa menambah sekian ribu jemaat. Untuk mengejar target itu, pusat Ahmadiyah Indonesia bikin moto, 'Tiada hari tanpa tabligh (dakwah)'. Sejak saat itu, diinstruksikan kepada setiap jemaat melakukan dakwah minimal pada satu orang setiap harinya.
Siapa pemimpin Ahmadiyah sedunia sekarang?
Mirza Ghulam Ahmad, lahir pada 1835 dan meninggal pada 1908. Dia mendirikan Ahmadiyah tahun 1889. Setelah meninggal, dia diganti oleh khalifah Ahmadiyah pertama. Kemudian, bertutur-turut diganti oleh khalifah kedua, ketiga, dan keempat. Khalifah keempat ini adalah cucunya Mirza Ghulam Ahmad, namanya, Tahir Ahmad.
Pada 1984 itu, berapa kira-kira jemaat Ahmadiyah sedunia dan di Indonesia?
Saat itu, di Indonesia ada sekitar 20 hingga 30 ribuan. Kalau di seluruh dunia, sekitar satu juta atau kurang dari satu juta orang.
Tapi, kabar yang beredar menyatakan anggota JAI mencapai 500 ribu orang?
Menurut data Balitbang Depag, sekitar 80 ribu. Tapi, menurut pengakuan Ahmadiyah, satu juta orang, di antaranya 500 ribu sudah membayar iuran. Tapi, menurut saya, sebetulnya anggota jemaat Ahmadiyah di Indonesia ini tidak lebih dari 100 ribu orang. Untuk tingkat dunia, jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia, menurut laporan Hasan Aodah (orang kedua dari khalifah keempat yang sudah sadar dan keluar dari Ahmadiyah) sekitar dua juta orang.
Hasan Aodah ialah orang Arab Palestina dan guru bahasa Arab khalifah ke empat. Ia dari kalangan intelektual dan berada, yang juga akhirnya sadar dan keluar dari Ahmadiyah. Sementara itu, menurut klaim dari Ahmadiyah sendiri mencapai 200 juta orang. Itu bohong.
Peristiwa apa yang kemudian membuat Anda sadar dan keluar dari Ahmadiyah. Padahal, Anda saat itu sudah 10 tahun lebih menjadi mubaligh senior Ahmadiyah?
Saat saya bertugas di Lombok Timur, NTB, saya kenal dengan Ustadz Irfan, pimpinan salah satu pondok pesantren di sana. Kami pun berdebat keras soal Ahmadiyah. Namun, tidak ada titik temu dan akhirnya kami sepakat melakukan mubahalah atau perang doa. Jadi, perjanjiannya, kalau selama tiga bulan lawan saya, yaitu Ustad H Irfan tidak diazab oleh Allah SWT, berarti saya kalah dan saya bersedia dipotong leher saya. Sementara itu, H Irfan juga mengatakan bersumpah pada Allah SWT bahwa kalau memang benar Mirza Ghulam Ahmad adalah Imam Mahdi, maka ia bersedia diangkat nyawanya oleh Allah dengan cara yang mengerikan sehingga diketahui banyak orang.
Namun, setelah tiga bulan H Irfan sehat walafiat. Dan, itu artinya saya kalah dalam perang doa itu. Tak lama setelah itu, sejumlah massa mendatangi rumah saya untuk menagih janji saya, yaitu penggal kepala saya. Saat situasi ribut-ribut, aparat polisi pun datang dan mengamankan.
Sejak saat itu, saya mulai guncang dan mulai ragu. Keraguan itu berjalan dua tahun hingga saya putuskan bahwa Ahmadiyah ini tidak benar. Saya pun sempat belajar dan memperdalam ilmu agama ke Malaysia dan Brunei Darussalam. Karena, sifat saya adalah selalu ingin mengetahui dan ingin bukti dalam menjalankan agama Islam ini.
Akhirnya, saya buat pernyataan saya keluar dari Ahmadiyah pada April 1986 di Malaysia dan Singapura. Setelah keluar dari Ahmadiyah, saya pun menantang khalifah keempat Ahmadiyah, Tahir Ahmad, yang merupakan pemimpin Ahmadiyah dunia untuk melakukan mubahalah (perang doa), seperti yang saya lakukan dengan Ustad H Irfan. Tantangan saya pun diterima oleh dia. Mestinya, kaum Ahmadiyah bisa berpikir bahwa sampai sekarang alhamdulillah saya sehat walafiat. Dan, bahkan bisa ada kegiatan membuat sejumlah buku.
Sementara, karena memang sudah takdir Allah SWT, beberapa saat setelah mubahalah, khalifah Keempat, Tahir Ahmad, meninggal dunia di tempat pelarian di London. Saya tidak pernah mendoakan jelek pada dia. Namun, itu semua sudah takdir Allah SWT.
Sebelum itu, saya sempat tiga kali berusaha menemui khalifah keempat ini. Namun, ia tidak mau menerima saya. Ia takut. Sejak itu, pusat Ahmadiyah pindah dari pakistan ke London. Karena, di Pakistan sudah dilarang.
Kegiatan Anda saat ini. Kabarnya, Anda sibuk dengan upaya-upaya penyadaran kaum Ahmadiyah untuk kembali ke Islam yang kaffah?
Ya, sekarang tugas saya adalah melakukan penyadaran-penyadaran. Percayalah bahwa saya sudah pernah mengalami apa yang saat ini kaum Ahmadiyah alami. Saya mengakui saat itu memang saya merasa yang paling benar dan orang lain pasti salah.
Saya tegaskan di sini, itu semua adalah salah. Saya tinggal di Garut, dan saya banyak menulis terutama tentang bagaimana kesesatan dari Ahmadiyah ini. Karena, penyadaran yang efektif adalah melalui buku. Saya sudah terbitkan buku yang judulnya Mengapa Saya Keluar dari Ahmadiyah, Seruan untuk Mencampakkan Agama Manusia, yakni Ahmadiyah, serta Oleh-oleh dari London. Juga buku berjudul 100 Lebih Pemahaman Kaum Muslimin perlu Direformasi. Selain itu, saya juga sudah menerjemahkan Alquran yang sudah mendapat pengesahan dari Departemen Agama.
Proses penyadaran ini, puncaknya ada di buku (100 Lebih Pemahaman Kaum Muslimin perlu Direformasi). Ini bersifat umum. Bahkan, Ketua Ahmadiyah Malang, Waji, pernah SMS ke saya. Dia baru selesai baca buku ini dan dia bilang buku saya bagus sekali.
Saya belum tahu kalau Waji ini ternyata ketua Ahmadiyah Malang. Lantas, saya katakan ke dia, kalau memang buku itu bagus, tolong sosialisasikan ke ustadz-ustadz dan masyarakat Muslim. Barulah di situ dia mengaku bahwa ia ketua Ahmadiyah Malang.
Sejumlah negara sudah melarang keberadaan Ahmadiyah. Menurut Anda?
Memang, di Pakistan tahun 1984 sudah dilarang. Sementara itu, di Malaysia dan Brunei Darussalam sudah dilarang, bahkan sudah puluhan tahun yang lalu. Juga di negara-negara lain.
Bagaimana pendapat Anda soal rencana keluarnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri?
Memang, seharusnya kan sudah keluar SKB itu. Ini memang agak lambat. Beberapa waktu lalu sudah mengerucut-mengerucut dan katanya sudah akan keluar. Tapi, kok tampaknya susah juga. Kelihatannya, pemerintah melakukan pertimbangan-pertimbangan. Namun, saya yakin kelihatannya pemerintah masih akan tetap mengakomodasi Ahmadiyah. Entah diakomodasi berapa persen. Namun, yang jelas kelihatannya umat Islam akan diakomodasi jauh lebih banyak.
Kalau pendapat Anda, sebaiknya sikap pemerintah seperti apa?
Tugas saya saat ini adalah penyadaran. Kalau menurut saya, mari kita kumpulkan dulu tokoh-tokoh pimpinan dari Ahmadiyah ini dan dilakukan proses penyadaran. Saya bersedia untuk itu. Biarlah nanti terjadi debat yang panjang sekalipun. Saya siap dan bersedia.
Saya pernah dalam posisi mereka karena saya pernah 10 tahun lebih di Ahmadiyah. Bahkan, sampai tingkatan bersedia potong leher. Artinya, kan saat itu saya sudah benar-benar menjalankan dan mengamalkan ajaran Ahmadiyah. Jadi, kumpulkan mereka dan disaksikan pihak pemerintah, saya akan menjelaskan dan sejelas-jelasnya di mana letak kesesatan Ahmadiyah ini. Mari kita bicara. Yang penting mereka terbuka dan bersedia bertemu. Jadi, akhirnya mereka juga bisa sadar bahwa Ahmadiyah ini keliru.

Mirza Ghulam Ahmad yang lahir pada tahun 1839M menceritakan bahwa ayahnya bernama Atha Murtadha berkebangsaan mongol. (Kitab Al-Bariyyah, hal. 134, kary. Mirza Ghulam Ahmad). Namun anehnya, ia juga mengatakan “Kelurga dari Mongol, tetapi berdasarkan firman Allah, tampaknya keluargaku berasal dari Persia, dan aku yakin ini. Sebab tidak ada yang mengetahui seluk-beluk keluargaku seperti berita yang datang dari Allah Ta’ala.” (Hasyiah Al-Arba’in, no.2 hal.17, karya Mirza Ghulam Ahmad). Dia juga pernah berkata, “Aku pernah membaca beberapa tulisan ayahku dan kakekku, kalau mereka berasal dari suku mongol, tetapi Allah mewahyukan kepadaku bahwa aku dari bangsa Persia.” (Dhamimah Haqiqatil Wahyi, hal.77, kary. Mirza Ghulam Ahmad). Yang anehnya lagi, ia juga pernah mengaku sebagai keturunan Fathimah bin Muhammad. (lihat Tuhfah Kolart, hal. 29).

Aneh memang jika kita menelusuri asal usul Mirza Ghulam Ahmad. Dari asal-usul yang gak jelas inilah yang kemudian lahir juga pemahaman-pemahaman yang aneh dan menyesatkan.

Keadaan Keluarga Mirza Ghulam Ahmad
Mirza Ghulam Ahmad, pendiri jamaah ahmadiyah ini menceritakan keadaan keluarganya yang ditulisnya dalam kitab Tuhfah Qaishariyah, hal 16 karangannya, ia berkata, “Ayahku memiliki kedudukan dikantor pemerintahan. Dia termasuk orang yang dipercaya pemerintah Inggris. Dia juga pernah membantu pemerintah untuk memberontak penjajah Inggris dengan memberikan bantuan kuda dan pasukan. Namun sesudah itu, keluargaku mengalami krisis dan kemunduran, sehingga menjadi petani yang melarat.”

Kebodohan-kebodohan Mirza Ghulam Ahmad
Ia berkata, “Sesungguhnya saat Rasulullah dilahirkan, beberapa hari kemudian ayahnya meninggal.” (Lihat Baigham Shulh, hal.19 karyanya).

Kata apa yang pantas kita juluki untuk orang yang satu ini, kalau bukan “bodoh” ? Padahal yang benar adalah bahwa ayah Rasulullah meninggal ketika beliau berada dalam kandungan ibunya.

Kebodohan lainnya nampak jelas dalam kitabnya Ainul Ma’rifah hal.286, ia berkata, “Rasulullah memiliki sebelas anak dan semuanya meninggal.”

Padahal, yang benar adalah bahwa beliau (Rasulullah) hanya memiliki 6 orang anak.

Bagaimana mungkin orang seperti Mirza Ghulam Ahmad ini mengaku Al-Masih ?
Kebejatan Mirza Ghulam Ahmad
Orang yang diagung-agungkan oleh pengikutnya ini memiliki banyak kebejatan yang tak layak dimiliki oleh orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasulullah. Ia tidak hanya menghina para ulama, bahkan ia juga menghina Para Rasul-rasul Allah.
Banyak dari kalangan ulama pada masanya yang menentang ajaran-ajaran “nyeleh” dedongkot Ahmadiyah ini. Bukannya membantah dengan bukti-bukti, Mirza Ghulam Ahmad malah menghina dengan mengatakan, “Orang-orang yang menentangku, mereka lebih najis dari Babi.” (Najam Atsim, hal.21 karyanya)
Ia juga pernah mengatakan, “Sesungguhnya Muhammad hanya memiliki tiga ribu mukjizat saja, sedangkan aku memiliki lebih dari satu juta jenis.” (Tadzkirah Syahadatain, hal.72, karyanya)
Tidak puas menghina Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, Mirza Ghulam Ahmad juga menghina Nabi Isa dengan mengatakan, “Sesungguhnya Isa tidak mampu mengatakan dirinya sebagai orang sholih, sebab orang-orang mengetahui kalau dia suka minum-minuman keras dan perilakunya tidak baik.” (Hasyiyah Sitt Bahin, hal.172, karyanya).
Masih tidak puas dengan hal tersebut, Mirza Ghulam Ahmad juga mengatakan, “Isa cenderung menyukai para pelacur, karena nenek-neneknya adalah termasuk pelacur.” (Dhamimah Atsim, Hasyiyah, hal. 7, karyanya)
Dan yang sangat mengherankan adalah, pada kesempatan lain ia juga “bersabda” dalam hadits palsunya, “Sesungguhnya celaan, makian bukanlah perangai orang-orang shiddiq (benar). Dan orang-orang yang beriman, bukanlah orang yang suka melaknat.” (Izalatul Auham, hal.66)
Lelucon apa ini ?
Masih dalam rangkaian kebejatan Mirza Ghulam Ahmad
Rupanya orang yang diagung-agungkan dan merupakan dedengkot Ahmadiyah ini, tidak hanya menghina Rasulullah, tetapi ditambahkan lagi dengan menghina para Sahabat Rasulullah seperti Abu Hurairah.
Mirza Ghulam Ahmad mengatakan, “Abu Hurairah adalah orang yang dungu, dia tidak memiliki pemahaman yang lurus.” (I’jaz Ahmadiy, hal.140, karyanya)
Sementara itu, ditempat lain ia mengatakan, “Sesungguhnya ingatanku sangat buruk, aku lupa siapa saja yang sering menemui aku.” (Maktubat Ahmadiyah, hal.21 karyanya)
Kematian Mirza Ghulam Ahmad
Tidak sedikit para ulama yang menentang dan berusaha menasehati Mirza Ghulam Ahmad agar ia bertaubat dan menghentikan dakwah sesatnya itu. Namun, usaha itu tidak juga membuat dedengkot Ahmadiyah ini surut dalam menyebarkan kesesatannya.
Syeikh Tsanaullah, satu diantara sekian banyak ulama yang berusaha keras menentangnya dan menasehatinya. Merasa terganggu dengan usaha Syeikh Tsanaullah tersebut, Mirza Ghulam Ahmad mengirimkan sebuah surat kepada Syeikh Tsanaullah yang berisi tentang keyakinan hatinya bahwa ia adalah seorang nabi, bukan pendusta, bukan pula dajjal sebagaimana julukan yang diarahkan kepadanya oleh para ulama. Ia juga mengatakan bahwa sesungguhnya yang mendustakan kenabiannya itulah pendusta yang sesungguhnya.
Diakhir suratnya itu, ia berdo’a dengan mengatakan, “Wahai Allah yang maha mengetahui rahasia-rahasia yang tersimpan dalam hati. Jika aku seorang pendusta, pelaku kerusakan dalam pandangan-Mu, suka membuat kedustaan atas Nama-Mu pada siang dan malam hari, maka binasakanlah aku saat Tsanaullah masih hidup, dan berilah kegembiraan kepada para pengikutnya dengan sebab kematianku.
Wahai Allah, jika aku benar sedangkan Tsanaullah berada diatas kebathilan, pendusta pada tuduhan yang diarahkan kepadaku, maka binasakanlah dia dengan penyakit ganas, seperti tho’un, kolera atau penyakit lainnya, saat aku masih hidup. Amin”

Minggu, 15 Februari 2015

DIKTAT PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II BORLAND DEL





DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
37
BAB VI
PERCABANGAN
PENDAHULUAN
Percabangan digunakan
untuk menentukan blok perintah mana yang akan dilakukan berdasarkan
kondisi yang telah
ditentukan. Jika kondisinya tercapai (bernilai true) maka pernyataan akan
dikerjakan.
Ada dua jenis percabangan
yang ada dalam Delphi, yaitu :
Percabangan menggunakan pernyataan IF
Percabangan menggunakan pernyataan CASE
PERNYATAAN
IF
Pernyataan IF digunakan
untuk memeriksa sebuah kondisi dan kemudian mengeksekusi bagian source
code tertentu berdasarkan
kondisi Benar/True atau Salah/False. Kondisi harus dibentuk dalam ekspresi
Boolean.
Ada dua jenis pernyataan
IF yaitu
1. Pernyataan IF … THEN.
Pernyataan ini hanya
memeriksa apakah suatu blok kode program dapat dieksekusi atau tidak.
Jika kondisi pernyataan
ini bernilai True maka blok program yang ada di bawahnya akan
dieksekusi. Tetapi jika
kondisi pernyataan bernilai False maka alur program akan menganggap
pernyataan IF telah
selesai karena tidak mempunyai alternative lain.
Bentuk dasar pernyataan
IF … THEN adalah sebagai berikut :
IF
kondisi Boolean THEN
pernyataan;
Jika pernyataan yang akan
dieksekusi ketika kondisi bernilai true lebih dari satu pernyataan,
maka pernyataanpernyataan
tersebut harus diapit dengan begin dan end, sehingga bentuk
dasar pernyataan IF ..
THEN nya adalah sebagai berikut :
IF
kondisi boolean THEN
Begin
Pernyataan;
Pernyataan;
End;
2. Pernyataan IF … THEN …
ELSE. Pernyataan ini hanya memeriksa apakah suatu blok kode
program dapat dieksekusi
atau tidak. Jika kondisi pernyataan ini bernilai True maka blok
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
38
program yang ada di
bawahnya akan dieksekusi. Tetapi jika kondisi pernyataan bernilai False
maka alur program akan
mengeksekusi pernyataan yang ada di bawah pernyataan ELSE.
Bentuk dasar pernyataan
IF … THEN … ELSE adalah sebagai berikut :
IF
kondisi boolean THEN
pernyataan1
ELSE
pernyataan2;
Jika pernyataan yang akan
dieksekusi ketika kondisi bernilai true lebih dari satu pernyataan,
maka pernyataanpernyataan
tersebut harus diapit dengan begin dan end, sehingga bentuk
dasar pernyataan IF ..
THEN nya adalah sebagai berikut :
IF
kondisi boolean THEN
begin
pernyataan1;
end
ELSE
begin
pernyataan2;
end;
Contoh pernyataan IF …
THEN :
If Nilai>=50 then
ShowMessage(‘Selamat Anda
Lulus’);
atau
If Nilai>=50 then
begin
ShowMessage(‘Selamat Anda
Lulus’);
end;
Contoh pernyataan IF …
THEN … ELSE :
If Nilai>=50 then
ShowMessage(‘Selamat Anda
Lulus’)
Else
ShowMessage(‘Anda Tidak
Lulus’);
atau
If Nilai>=50 then
begin
ShowMessage(‘Selamat Anda
Lulus’);
end
Else
begin
ShowMessage(‘Anda Tidak
Lulus’);
end;
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
39
Contoh pernyataan IF …
THEN … ELSE … dengan kondisi lebih dari 2 kondisi
If Nilai>=80 then
begin
ShowMessage(‘Selamat Anda
Lulus Dengan Nilai yang sangat baik’);
end
Else
If Nilai>=50 then
begin
ShowMessage(‘Selamat Anda
Lulus Dengan Nilai yang cukup baik’);
end
Else
begin
ShowMessage(‘Anda Tidak
Lulus’);
end;
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penggunaan pernyataan IF, diantaranya adalah :
1. Kondisi yang diperiksa
harus menyatakan sebuah kondisi Boolean (True/False). Sehingga dalam
bagian kondisi harus menggunakan
operator relasional (=, >, <, >=, <=, <>) dan Operator
Boolean
(And, Or, Xor, dan NOT).
2. Pernyataan IF dianggap
sebagai sebuah pernyataan saja. Oleh karena itu tidak boleh ada tanda
semicolon ( ; ) sebelum
ELSE, karena ELSE adalah bagian dari pernyataan IF. Jika ada tanda
semicolon sebelum ELSE,
berarti pernyataan IF telah selesai dan bagian ELSE tersebut bukan lagi
milik pernyataan IF yang
di atasnya. Dan perintah ELSE tanpa didahului dengan pernyataan IF akan
mengakibatkan kesalahan.
Contoh :
If Nilai>=50 then
ShowMessage(‘Selamat Anda
Lulus’); // Pasti Error karena IF telah selesai di baris ini
Else // Pasti Error,
karena ELSE baris ini tidak mempunyai pernyataan IF
ShowMessage(‘Anda Tidak
Lulus’);
PERNYATAAN
CASE
Pernyataan CASE,
digunakan sebagai pengganti pernyataan IF. Pernyataan CASE akan memberikan
alternative yang lebih
gampang dibaca untuk menggantikan pernyataan IF. Tetapi tidak semua
pernyataan IF bisa
diganti dengan pernyataan CASE.
Bentuk umum dari CASE
adalah sebagai berikut :
CASE
EkspresiNilai Of
DaftarKemungkinan1:Pernyataan1;
DaftarKemungkinan2:Pernyataan2;
...
DaftarKemungkinanN:PernyataanN;
Else
PernyataanLainnya;
End;
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
40
Jenis data yang boleh ada
di bagian EkspresiNilai haruslah data bertipe ordinal (Bilangan Bulat,
Karakter,
Boolean). Tipe data
string atau real tidak bisa digunakan dalam EkspresiNilai.
Contoh pernyataan CASE :
CASE nilai OF
100 : ShowMessage(‘Selamat
Anda Lulus dengan Nilai SEMPURNA’);
80 .. 99 : ShowMessage(‘Selamat
Anda Lulus dengan sangat baik’);
50 .. 79 : ShowMessage(‘Selamat
Anda Lulus dengan cukup baik’);
Else
ShowMessage(‘Nilai
Kurang, Anda Tidak Lulus’);
End;
Contoh pernyataan CASE :
CASE huruf OF
‘A’,’I’,’U’,’E’,’O’:
ShowMessage(‘Huruf Vokal’);
Else
ShowMessage(‘Bukan Huruf
Vokal’);
End;
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan ketika menggunakan CASE yaitu :
1. Pada bagian
EkspresiNilai harus berupa data ordinal (Bilangan bulat, Karakter, atau
Boolean)
2. Bagian EkspresiNilai
boleh berupa range nilai
3. Pada bagian
DaftarKemungkinan, tidak boleh terjadi sebuah nilai berada pada 2 atau lebih
DaftarKemungkinan. Tidak
boleh sebuah nilai disebut lebih dari 1 kali.
4. Bagian ELSE digunakan
jika nilai tidak terpenuhi pada salah satu dari DaftarKemungkinan di atasnya.
KOMPONEN
YANG UMUM DIOLAH MENGGUNAKAN PERCABANGAN
Sebenarnya semua komponen
yang ada dapat diolah menggunakan percabangan. Tetapi ada beberapa
yang (bisa disebut pasti)
menggunakan percabangan untuk mengolahnya., diantaranya adalah :
COMBOBOX
Combobox ( )digunakan
untuk menampilkan daftar pilihan yang ditampilkan berbentuk kombinasi
antara Listbox dan Edit.
Pengguna dapat mengisi data dalam kotak Edit atau memilih sesuai dengan
daftar yang ada. Daftar
pilihan terdapat pada properti ITEMS. Dan pilihan yang dipilih oleh user dapat
diakses melalui properti
TEXT atau ITEMINDEX.
Contoh aplikasi
menggunakan ComboBox
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
41
Kemudian tombol Cari
Harga diisi dengan script berikut :
procedure
TForm1.Tbl_Cari_HargaClick(Sender: TObject);
begin
if
CB_Jurusan.Text='Jakarta' then
E_Harga.Text:='10000'
else
if
CB_Jurusan.Text='Yogyakarta' then
E_Harga.Text:='20000'
else
if
CB_Jurusan.Text='Surabaya' then
E_Harga.Text:='30000'
else
E_Harga.Text:='0';
end;
Jika dieksekusi akan
menghasilkan tampilan seperti di bawah ini
RADIOBUTTON
RadioButton ( ) digunakan
untuk menampilkan sebuah pilihan dimana user dapat mengganti nilainya
dengan True atau False. Radiobutton
digunakan untuk menampilkan sekumpulan pilihan dimana user
hanya boleh memilih satu
pilihan saja. Untuk mengakses apakah sebuah radio button dipilih oleh user,
property yang digunakan
adalah property CHECKED. Jika property CHECKED bernilai True berarti objek
tersebut dipilih oleh
user. Jika anda mempunyai 2 pilihan yang saling terpisah, maka groupkan tiap
pilihanpilihan
tersebut dengan GroupBox.
Contoh aplikasi
menggunakan RadioButton
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
42
Kemudian tombol Cari
Harga diisi dengan script berikut :
procedure
TForm1.Tbl_Cari_HargaClick(Sender: TObject);
begin
if RB_Jakarta.Checked =
True then
E_Harga.Text:='10000'
else
if RB_Yogyakarta.Checked
then
E_Harga.Text:='15000'
else
if RB_Surabaya.Checked
then
E_Harga.Text:='20000'
else
E_Harga.Text:='0';
end;
Jika dieksekusi akan
menghasilkan tampilan seperti di bawah ini
RADIOGROUP
Radiogroup ( ) mempunyai
fungsi yang sama dengan RadioButton. Perbedaannya adalah kalau suatu
pilihan terdiri dari 4
pilihan maka kalau menggunakan RadioButton akan memerlukan 4 objek
RadioButton tetapi jika
menggunakan RadioGroup hanya akan membutuhkan sebuah RadioGroup saja.
Untuk membuat isi pilihan
pada RadioGroup, gunakan property ITEMS. Dan untuk mengakses pilihan
mana yang dipilih oleh
user, gunakan property ITEMINDEX. Jika itemindex bernilai 0 berarti pilihan
pertama yang dipilih,
jika itemindex bernilai 1 berarti pilihan kedua yang dipilih.
Contoh aplikasi
menggunakan RadioGroup
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
43
Kemudian tombol Cari
Harga diisi dengan script berikut :
procedure
TForm1.Tbl_Cari_HargaClick(Sender: TObject);
begin
if RG_Jurusan.ItemIndex =
0 then
E_Harga.Text:='10000'
else
if RG_Jurusan.ItemIndex =
1 then
E_Harga.Text:='15000'
else
if RG_Jurusan.ItemIndex =
2 then
E_Harga.Text:='20000'
else
E_Harga.Text:='0';
end;
Atau jika anda
menggunakan Case
procedure
TForm1.Tbl_Cari_HargaClick(Sender: TObject);
begin
case RG_Jurusan.ItemIndex
of
0:E_Harga.Text:='10000';
1:E_Harga.Text:='15000';
2:E_Harga.Text:='20000';
else
E_Harga.Text:='0';
end;
end;
Jika dieksekusi akan
menghasilkan tampilan seperti di bawah ini
CHECKBOX
CheckBox ( ) digunakan
untuk menampilkan sebuah pilihan dimana user dapat melakukan
perubahan antara Ya/Tidak
atau True/False. Checkbox digunakan untuk menampilkan sekumpulan
pilihan dimana pengguna
boleh memilih lebih dari satu pilihan. Untuk mengakses apakah sebuah
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
44
CheckBox dipilih oleh
user, property yang diakses adalah property CHECKED. Jika property Checked
bernilai True, berarti
Checkbox tersebut dipilih.
Contoh aplikasi
menggunakan CheckBox
Kemudian tombol Cari
Harga diisi dengan script berikut :
procedure
TForm1.Tbl_Cari_TotalClick(Sender: TObject);
var
Total:integer;
begin
Total:=0;
if
CB_Cocacola.Checked=true then
Total:=Total+2500;
if CB_Sprite.Checked then
Total:=Total+2000;
if CB_Fanta.Checked then
Total:=Total+2250;
E_Total.Text:=Inttostr(Total);
end;
Jika dieksekusi akan
menghasilkan tampilan seperti di bawah ini
PERCABANGAN
DENGAN BANYAK KONDISI
Dalam kehidupan seharihari
sangat dimungkinkan pengambilan keputusan berdasarkan kepada lebih
dari 1 kondisi. Mungkin 2
kondisi, 3 kondisi atau lebih.
Untuk percabangan yang
menggunakan banyak kondisi, haruslah menggunakan operator relasional
yaitu or, xor, and.
Contoh Kasus :
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
45
Sebuah Perusahaan
angkutan “Jalan Terus” memiliki ketentuan harga seperti berikut :
Eksekutif
Bisnis Ekonomi
Jakarta 70000
40000 10000
Solo 80000
50000 20000
Surabaya
90000 60000 30000
Karena ada masa promosi
maka khusus untuk Surabaya Ekonomi atau Solo Eksekutif terdapat
diskon 10%.
Dari kasus di atas,
diketahui bahwa ada beberapa percabangan yang diperlukan, yaitu :
Percabangan untuk menentukan harga tiket didasarkan kepada 2
kondisi yaitu Jurusan dan Kelas
yang diambil.
Percabangan untuk menentukan diskon yang hanya diberikan kepada
jurusan dan kelas tertentu.
Penyelesaian untuk kasus
di atas adalah :
Kemudian tombol Hitung
diisi dengan script berikut :
procedure
TForm1.THitungClick(Sender: TObject);
var
jmltiket:integer;
total,harga:real;
begin
jmltiket:=StrToInt(ETiket.text);
if
(RBJakarta.Checked=true)and(RGKelas.ItemIndex=0) then
harga:=70000
else
RadioGroup
GroupBox
RadioButton
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
46
if
(RBJakarta.Checked=true)and(RGKelas.ItemIndex=1) then
harga:=40000
else
if (RBJakarta.Checked=true)and(RGKelas.ItemIndex=2)
then
harga:=10000
else
if (RBSolo.Checked=true)
then
begin
if RGKelas.ItemIndex=0
then
harga:=80000
else
if RGKelas.ItemIndex=1
then
harga:=50000
else
if RGKelas.ItemIndex=2
then
harga:=20000;
end
else
if
(RBSurabaya.Checked=true) then
begin
case RGKelas.ItemIndex of
0:Harga:=90000;
1:Harga:=60000;
2:Harga:=30000;
end;
end;
total:=harga*jmltiket;
if
((RBSurabaya.checked=true) and (RGKelas.ItemIndex=2))
or
((RBSolo.Checked=true)
and (RGKelas.ItemIndex=0)) then
total:=0.9*total;
ETotal.Text:=CurrToStr(total);
end;
VALIDASI
DATA DENGAN STATEMENT IF
Validasi data adalah
suatu proses yang dijalankan agar semua data yang dimasukan sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Validasi data sangat penting untuk menjaga jangan sampai komputer menampilkan
keluaran/output yang
salah dikarenakan proses input yang salah.
Validasi data pasti
melibatkan pernyataan IF, karena akan melibatkan penentuan keputusan apakah
data yang dimasukan
merupakan data yang benar atau salah.
Banyak fungsifungsi
yang digunakan dalam validasi data, diantaranya :
TrimLeft, digunakan untuk menghapus spasi yang mengawali (sebelah
kiri) suatu string.
TrimRight, digunakan untuk menghapus spasi yang ada di akhir
(sebelah kanan) suatu string.
Trim, digunakan untuk menghapus spasi yang ada di awal dan
diakhir suatu string.
Copy, digunakan untuk mengambil suatu string dari string lain.
Length, digunakan untuk memeriksa banyak karakter yang ada pada
suatu string.
Uppercase, digunakan untuk mengkonversi semua karakter yang ada
dalam suatu string menjadi
huruf kapital.
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
47
Lowercase, digunakan untuk mengkonversi semua karakter yang ada
dalam suatu string menjadi
huruf kecil.
TryStrToInt, digunakan untuk mengkonversi string menjadi Integer.
Fungsi ini akan menghasilkan
nilai true jika semua
string dapat dikonversi. Jika ada string yang salah maka akan menghasilkan
nilai
false.
TryStrToFloat, digunakan untuk mengkonversi string menjadi Float.
Fungsi ini akan menghasilkan
nilai true jika semua
string dapat dikonversi. Jika ada string yang salah maka akan menghasilkan
nilai
false.
TryStrToCurr, digunakan untuk mengkonversi string menjadi
Currency. Fungsi ini akan menghasilkan
nilai true jika semua
string dapat dikonversi. Jika ada string yang salah maka akan menghasilkan
nilai
false.
Contoh kasus :
Sebuah toko mempunyai
tabel harga dan diskon seperti berikut :
Kode
Nama Barang Harga Barang
A01 Speaker 50000
B02 Mouse 25000
C03 Harddisk 750000
D04 Mouse Pad 5000
SUB
TOTAL
Diskon
>=100000 15%
>=50000 10%
>=25000 5%
<25000 0%
Tampilan yang diinginkan
adalah :
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
48
Ketentuan :
Data yang diinputkan
hanya kode barang dan quantity. Quantity pembelian tidak boleh lebih dari 10.
Data yang
dimasukan harus
divalidasi.
Solusi untuk tombol
Hitung adalah script berikut :
procedure
TForm1.Tbl_HitungClick(Sender: TObject);
var
kode, nama:string;
harga, diskon,
subtotal,total:currency;
qty:integer;
begin
kode:=cbkode.Text;
kode:=trim(kode);
kode:=uppercase(kode);
kode:=copy(kode,1,3);
// Di baris ini, kode
sudah pasti tidak ada spasi di awal dan diakhir
// kode sudah pasti
capital (tidak mempunyai huruf kecil)
// kode pasti 3 huruf
atau kurang
if length(kode)<>3
then
begin
showmessage('Kode harus 3
karakter');
cbkode.SetFocus;
exit;
end;
// Di baris ini, kode
sudah pasti tidak ada spasi di awal dan diakhir
// kode sudah pasti
capital (tidak mempunyai huruf kecil)
// kode pasti 3 huruf
tidak mungkin kurang
if kode='A01' then
begin
harga:=50000;
nama:='Speaker';
end
else
if kode='B02' then
begin
harga:=25000;
nama:='Mouse';
end
else
if kode='C03' then
begin
DIKTAT
PERKULIAHAN PEMROGRAMAN II
BORLAND
DELPHI
49
harga:=750000;
nama:='Hardisk';
end
else
if kode='D04' then
begin
harga:=5000;
nama:='Mouse Pad';
end
else // Jika kode tidak
terdaftar
begin
showmessage('Kode tidak
dikenal');
exit;
end;
if
TryStrToInt(EQty.Text,qty)=false then
begin
showmessage('Quantity
harus angka.');
exit;
end;
// Di baris ini, Qty
pasti bilangan bulat tetapi masih mungkin diatas 10
if (qty<1) or
(qty>10) then
begin
showmessage('Hanya boleh
beli 1 s/d 10 saja');
exit;
end;
// Di baris ini, Qty
pasti bilangan bulat dan pasti berisi 1 s/d 10
ENama.text:=nama;
EHarga.text:=CurrToSTr(harga);
Subtotal:= harga * qty;
ESubTotal.Text:=CurrToStr(subtotal);
if subtotal>=100000
then diskon:=0.15 * subtotal else
if subtotal>=50000
then diskon:=0.1 * subtotal else
if subtotal>=25000
then diskon:=0.05 * subtotal else
diskon:=0;
EDiskon.text:=CurrToStr(diskon);
Total:=Subtotal-Diskon;
ETotal.text:=CurrToStr(Total);
end;