Blogger Widgets Artikel indonesia: Makalah Sistem pengetahuan Suku Sunda

Tuwiter

Artikel Indonesia Kelas X, XI XII

SILAKAN SEDOT WC DI KAMI 1X24JAM DI NO HP sedot wc bandung 085100941494 / 08970013700

MAKALAH INDONESIA

Sabtu, 20 Desember 2014

Makalah Sistem pengetahuan Suku Sunda

Makalah Sistem pengetahuan Suku Sunda MAKALAH SISTEM PENGETAHUAN SUKU SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengetahuan masyarakat sunda terutama mengenai masalah pendidikan di dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat dari peran dari pemerintah Jawa Barat Orang sunda memiliki sistem pengetahuan tentang pergantian musim yakni musim kemarau, dan musim penghujan. Pengetahuan ini dimiliki secara turun temurun dan digunakan dalam bidang pertnian, taerutama dalam hal bertanam padi di sawah. Orang sunda mengetahui pula system peredaran bintang di langit. Yang terpenting ialah pengetahuan tentang bentang wuhulu (bintang belatik, orion) yang dipergunakan untuk menentukan permulaan mengerjakan sawah 1.2 Tujuan penulisan 1. Mendeskripsikan tentang sistem pengetahuan masyarakat sunda. 2. Memenuhi salah satu tugas pembuatan makalah dari mata kuliah Budaya Sunda. 3. Menambah wawasan tentang system pengetahuan masyarakat sunda BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Sistem Pengetahuan Masyarakat Sunda Sejak dulu Orang sunda memiliki sistem pengetahuan tentang pergantian musim yakni musim kemarau, dan musim penghujan. Pengetahuan ini dimiliki secara turun temurun dan digunakan dalam bidang pertnian, taerutama dalam hal bertanam padi di sawah. Pengetahuan orang sunda menunjukan kesamaannya dengan pengetahuan di tanah jawa, sehingga ada anggapan bahwa pengetahuan tersebut berasal daari sana. Gejala-gejala alam seperti kedudukan matahari, hujan dan sebagainya serta waktu-waktu terjadinya gejala-gejala alam tersebut dikuasai pengetahuannya oleh mereka semata-mata didasarkan pada hasil pengamatan dan pengalaman. Pengalama ini mereka ingat dan pergunakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan hidup mereka termasuk dalam usaha-usaha bertani. Orang sunda mengetahui pula system peredaran bintang di langit. Yang terpenting ialah pengetahuan tentang bentang wuhulu (bintang belatik, orion) yang dipergunakan untuk menentukan permulaan mengerjakan sawah. Pada kira-kira permulaan bulan Nopember (mangsa kanem), bentang wuluku di waktu subuh kelihatan di upuk timur. Hal ini dianggap oleh petani sebagai petunjuk saat di mulainya penggarapan sawah-sawah mereka. Kemudian kira-kira dalam bulan April (mangsa desta), bentang wuluku itu pada petang (permulaan malam) di ufuk barat kelihatan terbalik. Ini dianggap oleh mereka sebagai pertanda untuk menyimpan bajak. Artinya sudah selesai menuai padi atau musim panen. Pada waktu itu umumnya orang-orang muali mengaso dengan cara bergembira, membersihkan rumah atau kegiatan-kegiatan lainnya. Di waktu itulah mereka menganggap sebagai saat yang baik untuk melangsungkan upacara-upacara selamatan dalam rangka perkawinan putra-putri mereka atau hajatan-hajatan lain dalam rangka membangun rumah. Dikalangan masyarakat sunda, cara yang digunakan untuk mengetahui pergantian musim seperti musim kemarau dan musim penghujan ialah dengan cara mempelajari pranata mangsa untuk kepentingan pertanian yakni mengadakan perhitungan-perhitungan bulan dan tahun menurut jalannya matahari yang terbagi dalam dua belas mangsa sebagai berikut : Yang ke Nama Jumlah hari Dimulai sesuai dengan kalender masehi I kasa 41 22 atau 23 juni II Karo 23 2 atau 3 agustus III Katiga 24 25 atau 26 agustus IV Kapat 25 18 atau 19 september V Kalmia 27 13 atau 14 oktober VI Kanem 43 9 atau 10 november VII Kapitu 43 22 atau 23 desember VIII Kawolu 27 3 atau 4 februari IX Kasanga 25 1 atau 2 maret X Kasadasa 24 26 atau 27 maret XI Desta 23 19 atau 20 april XII Sada 41 12 atau 13 mei 365 – 366 hari 3.2 Sistem Pengetahuan (Pendidikan) Masyarakat Sunda Sistem pengetahuan masyarakat sunda terutama mengenai masalah pendidikan di dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat dari peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi Pemerintah Jawa Barat, yakni “Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010″ merupakan kehendak, harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama seluruh warga Jawa Barat dalam mencapai tujuan pembangunannya. Pada masyarakat tradisional Sunda, belajar sudah menjadi bagian dalam kehidupannya sejak dahulu, Carita Parahyangan mencatat, raja Sunda yang bernama Sang Rakeyan Darmasiksa (hidup sekitar abad ke 12 sampai 13) merupakan pendiri lembaga pendidikan di Tatar Sunda pada masa itu. Lembaganya diberi nama Sanghyang Binayapanti, sedangkan kompleks pendidikannya disebut Kabuyutan yang kemudian disebut juga mandala. Kedudukan mandala atau kabuyutan memperoleh tempat tersendiri yang tinggi kedudukannya sehingga sangat dihormati pada struktur kerajaan dan masyarakat Sunda masa itu. Keberadaan lembaga pendidikan (kabuyutan) bagi masyarakat Sunda dianggap sebagai tempat yang sakral dan secara formal perlu dilindungi oleh kerajaan. Pengakuan akan keberadaan Kabuyutan sebagai daerah khusus dan dilindungi keberadaannya oleh kerajaan terungkap pada prasasti Kebantenan I, II, III dan IV. Isi perasasti-prasasti tersebut merupakan amanat Raja Pajajaran yang menjadikan daerah Jayagiri dan Sunda Sembawa sebagai kabuyutan serta melindunginya dari berbagai ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri. Berdasarkan naskah Amanat Galunggung, kedudukan kabuyutan di kerajaan Sunda sangat tinggi hingga seorang raja yang tidak dapat mempertahankan dari serangan musuh nilainya lebih rendah dibanding kulit lasun (Musang) di tempat sampah. Keberadaan kabuyutan sebagai lembaga pendidikan telah menghasilkan berbagai karya tulis yang isinya terutama berkenaan dengan tuntunan hidup manusia di dunia agar selamat di dunia dan akhirat kelak, diantaranya : Sewaka Darma (Koropak 408), Sanghyang Siksakandang Karesian (Koropak 630), dan Amanat Galunggung (koropak 632). Fasilitas yang cukup memadai dalam bidang pengetahuan (pendidikan) maupun informasi memudahkan masyarakat sunda dalam memilih institusi pendidikan yang akan mereka masuki dalam berbagai jenjang. Seperti pada permulaan masa kemerdekaa di Jawa Barat terdapat 358.000 murid sekolah dasar, kemudian pada tahun 1965 bertambah menjadi 2.306.164 murid sekolah dasar. Jadi berarti mengalami kenaikan sebanyak 544%. Pada saat ini pada era ke- 20 disetiap ibukota kabupaten telah tersedia universitas-universitas, fakultas-fakultas, dan cabang-cabang universitas. Pada masyatakat sunda juga terdiri atas pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus contoh : TK, SD, MI, SMP, MTS, SMA, SMK, Aliyah, dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakanbagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya. Contohnya Pesantren, dll Pembangunan pendidikan di Jawa barat yang mayoritas berpenduduk suku sunda merupakan salah satu bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan Jawa Barat. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi pembangaunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia masyarakat sunda yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan. Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat. Dalam konteks ini, masyarakat suku Sunda memiliki potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis, falsafah kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah diakui memiliki makna mendalam adalah cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana pembangunan, termasuk di bidang pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani. Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama. Bener yaitu jujur, amanah, penyayang dan takwa. Pinter, memiliki ilmu pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif. Sebagai sebuah upaya mewujudkan pembangunan pendidikan berfalsafahkan cageur, bageur, bener, pinter, tur singer tersebut, ditempuh pendekatan social cultural heritage approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif masyarakat dalam menyukseskan program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Orang sunda memiliki sistem pengetahuan tentang pergantian musim yakni musim kemarau, dan musim penghujan. Pengetahuan ini dimiliki secara turun temurun dan digunakan dalam bidang pertnian, taerutama dalam hal bertanam padi di sawah. Pengetahuan orang sunda menunjukan kesamaannya dengan pengetahuan di tanah jawa, sehingga ada anggapan bahwa pengetahuan tersebut berasal daari sana. Gejala-gejala alam seperti kedudukan matahari, hujan dan sebagainya serta waktu-waktu terjadinya gejala-gejala alam tersebut dikuasai pengetahuannya oleh mereka semata-mata didasarkan pada hasil pengamatan dan pengalaman. Pengalama ini mereka ingat dan pergunakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan hidup mereka termasuk dalam usaha-usaha bertani. Sistem pengetahuan masyarakat sunda terutama mengenai masalah pendidikan di dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat dari peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi Pemerintah Jawa Barat, yakni “Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010″ merupakan kehendak, harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama seluruh warga Jawa Barat dalam mencapai tujuan pembangunannya. 3.2 Saran Kepada pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemenrintah daerah hendaknya adanya perhatian yang penuh dalam mengembangkan dan melestarikan semua kebudayaan yang ada di masyarakat suku sunda agar tetap terjaga kelestariannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar